Senin, 27 Januari 2020

MENGENAL PENDIDIKAN KARAKTER DI BEBERAPA NEGARA



Williams dan Schnaps (1999) mendefinisikan pengajaran karakter sebagai usaha yang dijalankan oleh personel sekolah, orang tua, dan member masyarakat untuk menolong si kecil-si kecil dan remaja supaya mempunyai simpati, pendirian, dan tanggung jawab. Sementara itu, tiap negara mempunyai perbedaan tradisi yang berdampak kepada metode dan esensi penyampaian skor positif ini. Simak review berikut untuk penjelasan lebih lanjut.

Pengajaran Karakter di Jepang

Salah satu negara di Asia Timur ini menekankan skor bahwa tiap manusia mesti bermanfaat bagi masyarakat, tak merugikan orang lain, mengenal metode berinteraksi, memahami emosional lawan bicara, menekan sifat egois, ingin berprofesi sama, disiplin, dan tertib. Karenanya, tak heran masyarakat di negara ini terkanal sungguh-sungguh disiplin dan mempunyai etos kerja yang tinggi.

Lalu, bagaimana metode pemakaiannya di sekolah? Sebagian kesibukan lazim yang umum dijalankan di Jepang dalam membangun karakter siswanya di antaranya dengan  merekatkan ucapan terima beri pada sahabat di media berbentuk hati, membikin karya berupa peta suatu rute lalu menuliskan semacam peringatan ketika melalui jalan hal yang demikian, melaksanakan piket membersihkan kelas serta mengurus makan siang cocok jadwal, mengajar siswa supaya memiliki sasaran tiap semester, menulis koran dengan tangan, sampai menumbuhkan simpati melewati gambar yang kemudian ditindaklanjuti oleh sang guru dengan bertanya bagaimana saat mereka berada di keadaan hal yang demikian.

Dengan memakai skor-skor hal yang demikian di sekolah, masyarakat Jepang mempunyai pemahaman dan metode pandang yang kuat seputar kesopanan, kecerdasan, dan etos kerja. Tidak heran seandainya Jepang menjadi salah satu negara dengan mutu pengajaran terbaik.

Pengajaran Karakter di Belanda

Negara kincir angin ini lebih memandang siswa sebagai sentra perhatian di sekolah diperbandingkan bidang studi yang dipelajari. Itu sebabnya, materi pembelajaran tak ditentukan untuk satu tahun ajaran, sehingga tak ada yang akan tinggal kelas.

Sekolah di Belanda mengajari bidang studi yang tak diujikan dalam ujian formal, di antaranya ilmu-ilmu sosial (maatschaapijleer) seperti pengajaran karakter, materi seputar rumah dan lingkungan, kerja dan waktu lowong, negara dan masyarakat, teknologi dan masyarakat, serta relasi internasional. Penyampaian materi ini diinginkan menjadi bekal siswa dalam menjalani kehidupan sebagai manusia terdidik.

Skor yang berkeinginan dikedepankan negara ini malahan pada alhasil akan memberikan pengertian bahwa penentu masa depan bukan cuma bersumber pada ijazah, namun pengalaman.

Pengajaran Karakter di Denmark

Denmark merupakan negara yang mengedepankan aspek individualisme, melainkan konsisten menanamkan metode hidup secara berkelompok. Setelah ini ternyata dari penempatan siswa dalam kelas yang sama selama sembilan tahun pertama menimba ilmu. Selama jangka waktu ini, mereka cuma diajari sejarah bangsa, geografi, pengajaran agama Kristen, dan bahasa. Tetapi itu, barulah guru memberikan mata pembelajaran kontemporer dengan membahas situasi sulit tertentu.

Siswa di Denmark dilatih untuk membikin keputusan dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, OSIS dan pengurus kelas mempunyai kekuasaan besar dalam hal demokrasi. Pendidikan, supaya pengerjaan ini berjalan lancar, guru, kepala sekolah, dan perwakilan orang tua juga mempunyai andil yang cukup seginifikan.

Pengajaran Karakter di Jerman

Ada enam skor positif yang diajari di sekolah-sekolah Jerman, yakni kejujuran, toleransi, kedisiplinan, gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Adapun tujuan melatih siswa untuk mempunyai sikap-sikap hal yang demikian merupakan supaya mereka kapabel bermasyarakat dan menempatkan diri dengan bagus.

Enam skor positif di atas mempunyai kesamaan dengan capaian sikap yang ada dalam kurikulum 2013, melainkan metode pendidikan di Indonesia ini terdiri dari 16 nilai. Sedangkan bertujuan sama seperti di sekolah Jerman, delapan lainnya mengedepankan ketataan beragama dan cinta tanah air.

Itulah metode penerapan dan esensi pengajaran karakter di sebagian negara. Selain berbeda-beda, mereka sama-sama mempunyai tujuan supaya siswa bisa bermasyarakat dengan bagus, cocok skor tertentu yang diutamakan. Sedangkan di sekolah, peran orang tua dan lingkungan sekitar juga berperan dalam mengembangkan capaian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar